Feeds RSS

Senin, 07 Juni 2010

UTANG JANGKA PENDEK

A. KONSEP UTANG JANGKA PENDEK
Utang Jangka Pendek adalah Utang yang diharapkan akan dilunasi dalam waktu satu tahun dengan menggunakan sumber-sumber yang merupakan aktiva lancar atau yang menimbulkan utang lancar itu sendiri.Utang itu sendiri adalah pengorbanan ekonomi yang wajib dilakukan oleh perusahaan di masa yang akan datang dalam bentuk penyerahan aktiva atau pemberian jasa yang disebabkan oleh tindakan atau tansaksi pada masa sebelumnya.
Yang termasuk utang lancar, antara lain : Utang Usaha, utang wesel, utang deviden, uang muka penjualan pungutan pihak ketiga, biaya yang harus dibayar, utang pajak, utang bersyarat, biaya jaminan, penawaran promosi, utang jaminan kemasan.
A.UTANG JANGKA PENDEK YANG SUDAH PASTI
Utang jangka pendek dikatakan sudah pasti bila memenuhi dua syarat :
1. Kewajiban membayar sudah pasti, artinya sudah terjadi transaksi yang menimbulkan kewajiban membayar.
2. Jumlah yang harus dibayar sudah pasti.
Utang-utang yang memenuhi dua syarat di atas terdiri dari berbagai jenis utang sebagai berikut :
 Utang usaha
 Utang wesel
 Utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam periode itu
 Utang deviden.
 Utang pajak
 Uang muka dan jaminan yang dapat diminta kembali.
 Dana yang dikumpulkan untuk pihak ketiga.
 Utang biaya (biaya yang masih akan dibayar).
 Pendapatan diterima di muka.


Ada juga utang yang kepastiaan / ketidakpastiaannya tergantung cara pengadministrasiannya. Biaya jenis tersebut adalah biaya yang harus dibayar. Kalau pembeli dan penjual dapat menghitung besarnya biaya, maka biaya yang harus dibayar tersebut termasuk jenis utang yang sifatnya pasti. Sebaliknya, kalau hanya penjual saja yang dapat menghitung besarnya biaya, misalnya biaya telepon, maka biaya yang harus dibayar tersebut termasuk jenis utang yang mengandung ketidakpastian.

 Utang Usaha
Utang usaha adalah utang yang timbul karena perolehan sediaan/penerimaan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Keberadaan utang jenis ini sangat jelas sebagaimana dibuktikan oleh faktur atau pesanan pembelian.
Adapun faktur atau pesanan pembelian tersebut membuat adanya kepastiaan yang tinggi mengenai tanggal jatuh tempo dan jumlah utang, serta nama kreditur.

 Utang Wesel
Utang wesel adalah utang yang disertai dengan dokumen formal, wesel yang timbul sebagai akibat perdagangan barang ditarik melalui suatu perjanjian antara bank dan penarik wesel.
Ada dua macam wesel yaitu wesel berbunga dan wesel tidak berbunga. Dalam wesel berbunga dicantumkan besarnya tarif bunga.pada hari jatuh wesel, nilai wesel sama dengan harga nominal wesel ditambah bunga mulai dari tanggal penarikan wesel sampai tanggal jatuh tempo dan wesel tidak berbunga tidak dicantumkan bunga dengan demikian nilai nominal wesel sama dengan nilai wesel pada hari jatuh temponya
Contoh utang wesel
1. Pada tanggal 30/06/07 PT.X menjual barang kpada PT.Y sebesar Rp.1000.000. Keesokan harinya PT.X menarik wesel. Berdasarkan perjanjian dengan lembaga keuangan non-bank Z, wesel yang belum diaksep beserta dokumen pendukung dijual kepada Z dengan diskonto 30%/tahun. Tanggal jatuh tempo: 30 hari setelah tanggal penarikan.
Buatlah jurnal untuk :
a. Pembelian barang,pengaksepan wesel,penjualan wesel,pembayaran wesel oleh tertarik
b. Pembelian barng,pengaksepan wesel,penjualan wesel,penolakan pembayaran oeh tertarik.
Asumsi ;
• Wesel tidak berbunga
• Wesel berbunga 18%/tahun

Jawab : a.
Wesel tanpa bunga Wesel berbunga
Pembelian barang
Pembelian 1000.000 Pembelian 1000.000
Utang usaha 1000.000 Utang usaha 1000.000
Pengaksepan wesel

Utang usaha 1000.000 Utang usaha 1000.000
Utang wesel 1000.000 utang wesel 1000.000
Pendiskontoan wesel

Tidak ada jurnal tidak ada jurnal
Pembayaran wesel

Utang wesel 1000.000 Utang wesel 1000.000
Kas 1000.000 biaya bunga 15.000
Kas 1015.000

Jawab : b
Wesel tanpa bunga Wesel berbunga
Pembelian barang
Pembelian 1000.000 Pembelian 1000.000
Utang usaha 1000.000 Utang usaha 1000.000
Pengaksepan wesel
Utang usaha 1000.000 Utang usaha 1000.000
Utang wesel 1000.000 utang wesel 1000.000
Pendiskontoan wesel
Tidak ada jurnal tidak ada jurnal
Tertarik menolak membayar karena penjual belum mengganti produk yang cacat
Utang wesel 1000.000 Utang wesel 1000.000
Kas 1000.000 biaya bunga 15.000
Utang usaha 1015.000

 Utang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo dalam Periode Itu
Utang obligasi dan utang-utang jangka panjang lainnya yang akan dilunasi kurang dari satu tahun dilaporkan sebagai utang jangka pendek. Jika yang jatuh tempo hanya sebagian, maka bagian yang jatuh tempo dalam tahun itu dilaporkan sebagai utang jangka panjang. Apabila utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam periode itu akan dilunasi dengan dana-dana pelunasan atau dari uang hasil penjualan obligasi baru atau akan ditukar dengan saham, maka utang jangka panjang tadi tetap dilaporkan sebagai utang jangka panjang. Walaupun pelunasannya masih dalam waktu satu tahun, tetapi karena tidak dilunasi dengan sumber aktiva lancar dan tidak menimbulkan utang jangka pendek yang baru, maka tidak dikelompokkan dalam utang jangka pendek.



 Utang deviden
Utang deviden adalah utang perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas, kepada pemegang saham sebagai akibat telah diumumkannya pembayaran deviden.
Deviden yang dibagikan dalam bentuk uang atau aktiva (jika belum dibayar) dicatat dengan mendebit rekening laba tidak dibagi dan mengkredit utang deviden. Karena utang deviden ini segera akan dilunasi maka termasuk dalam kelompok utang jangka pendek. Utang deviden ini timbul pada saat pengumuman pembagian deviden oleh direksi dan terutang sampai tanggal pembayaran.

 Utang pajak
Utang pajak adalah utang perusahaan, sebagai wajib pajak kepada pemerintah. Oleh karena ketentuan pajak telah diatur dengan UU, maka keberadaan utang, tanggal jatuh tempo, jumlah, dan nama kreditur juga sudah pasti.

 Uang Muka dan Jaminan yang Dapat Diminta Kembali
Uang muka disini merupakan pembayaran di muka dari pembeli untuk barang-barang yang dipesan. Sebelum barang-barang diserahkan pada pembeli, uang muka tersebut merupakan utang jangka pendek.
Jaminan yang diminta dari langganan juga merupakan utang, jika jaminan itu dapat ditarik kembali sewaktu-waktu, maka merupakan utang jangka pendek. Tetapi jika jaminan itu akan disimpan dalam perusahaan untuk jangka waktu yang lama, maka termasuk dalam kelompok utang jangka panjang.

 Dana yang Dikumpulkan untuk Pihak Ketiga
Perusahaan kadang-kadang akan menjadi pihak yang mengumpulkan uang dari langganan / pihak yang nantinya akan diserahkan pada pihak lain. Pengumpulan dana ini dapat dilakukan dengan cara pemotongan upah pegawai atau membebani pembeli dengan jumlah-jumlah tertentu.
 Utang Biaya
Utang biaya merupakan utang yang timbul dari pengakuan akuntansi terhadap biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dibayar. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah utang yang timbul dari gaji dan upah, bonus, biaya sewa dan lain-lain.
• Utang Bonus
Bonus yang diberikan pada karyawan-karyawan tertentu kadang-kadang menimbulkan masalah tersendiri. Bonus itu dapat dihitung dengan dasar penjualan atau laba tergantung pada perjanjiannya. Apabila bonus dihitung atas dasar laba, maka perhitungannya dapat dilakukan dengan 3 cara sebagai berikut :
a. Bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi bonus dan pajak penghasilan (PPh).
b. Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi pajak penghasilan sebelum dikurangi bonus.
c. Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi bonus dan pajak penghasilan.

Penggunaan masing-masing cara di atas dapat dilihat dari contoh berikut ini:
PT. Sejahtera memberikan bonus untuk kepala bagian penjualan sebesar 10% dari laba. Laba tahun 2005 sebesar Rp. 1.000.000,00 PPh sebesar 15% dari laba bersih.
Misalnya B = Bonus
P = Pajak
Perhitungan bonus masing-masing cara di atas sebagai berikut :
a. Bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi bonus dan PPh :
B = 0,10 x Rp1.000.000,00
B = Rp100.000,00
PPh = 15% x (Rp1.000.000,00 – Rp100.000,00)
PPh = Rp135.000,00
b. Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi PPh sebelum dikurangi dengan bonus
B = 0,10 (Rp1.000.000,00 – P)
P = 0,15 (Rp1.000.000,00 – B)
P dalam persamaan pertama diganti dengan persamaan kedua, maka B dapat di hitung sebagai berikut :
B = 0,10[Rp1.000.000,00 – 0,15(Rp1.000.000,00 – B)]
B = 0,10(Rp1.000.000,00 – Rp150.000,00 + 0,15 B)
B = Rp100.000,00 – Rp15.000,00 + 0,015 B
B – 0,015 B = Rp85.000,00
0,985 B = Rp85.000,00
B = Rp86.294,40
PPh dihitung dengan mengganti B dari persamaan kedua sebagai berikut :
P = 0,15 (Rp1.000.000,00 – Rp86.294,40)
P= 0,15 x Rp913.705,60
P = Rp137.055,84
c. Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi bonus dan PPh :
B = 0,10 (Rp1.000.000,00 – B – P)
P = 0,15 (Rp1.000.000,00 – B)
P dalam persamaan pertama diganti dengan persamaan kedua, maka B dapat dihitung sebagai berikut :
B = 0,10 [Rp1.000.000,00 – B – 0,15 (Rp1.000.000,00 – B)
B = 0,10 (Rp1.000.000,00 – B – Rp150.000,00 + 0,15 B)
B = Rp100.000,00 – 0,1 B – Rp15.000,00 + 0,15 B)
B + 0,10 B – 0,015 B = Rp85.000,00
1,0985 B = Rp85.000,00
B = Rp77.378,00
PPh dihitung dengan mengganti B dari persamaan kedua sebagai berikut :
P = 0,15 (Rp1.000.000,00 – Rp77.378,00)
P = 0,15 (Rp922.622,00)
P = Rp138.393,00
• Utang Gaji dan Upah
Perhitungan jumlah yang masih akan dibayar untuk gaji dan upah, bunga, sewa, dan lain-lain dilakukan dengan dasar waktu terjadinya biaya tersebut. Misalnya gaji pegawai dibayarkan tiap tanggal 5 bulan berikutnya. Jika gaji dan upah bulan Desember 2005 sebesar Rp1.200.000,00 maka pada tanggal 31 Desember 2005 dibuat jurnal penyesuaian untuk mencatat utang gaji dan upah sebagai berikut :
Gaji dan upah Rp1.200.000,00
Utang gaji dan upah Rp1.200.000,00
 Pendapatan yang Diterima di Muka
Jumlah yang diterima dari langganan untuk barang-barang dan jasa-jasa yang akan diserahkan dalam periode yang akan datang dicatat sebagai pendapatan yang diterima di muka dan dilaporkan di bawah kelompok utang jangka pendek. Contohnya adalah uang muka yang diterima untuk langganan majalah / surat-surat kabar. Jumlah penerimaan ini merupakan pendapatan yang diterima di muka sampai majalah / surat kabarnya di serahkan pada pembeli.
B. TAKSIRAN UTANG
Biasanya jumlah kewajiban dari suatu utang sudah dapat ditentukan, baik dari kontrak maupun dari perhitungan dengan dasar suatu tarif tertentu. Akan tetapi tidak semua utang dapat ditentukan jumlahnya, kadang-kadang terdapat utang-utang yang sudah jelas harus dibayar, tetapi pada tanggal neraca jumlahnya masih belum pasti karena jumlahnya masih belum jelas, tetapi kewajibannya sudah pasti maka pada tanggal neraca dilakukan perhitungan jumlah kewajiban dengan cara taksiran.
Taksiran utang ini mungkin dikelompokkan sebagai utang jangka pendek atau jangka panjang, tergantung pada saat pelunasan utang tersebut. Jika pelunasannya segera, maka dikelompokkan sebagai utang jangka pendek, tetapi jika pelunasannya akan dilakukan beberapa periode yang akan datang maka dikelompokkan sebagai utang jangka panjang.
Beberapa jenis taksiran utang jangka pendek yang nampak dalam neraca adalah :
a. Taksiran Utang Pajak Penghasilan
Pada akhir periode sesudah diketahui laba yang diperoleh, diperlukan untuk menaksir besarnya pajak penghasilan yang akan menjadi beban tahun yang bersangkutan. Besarnya pajak biasanya ditaksir dengan cara mengalikan tarif pajak yang berlaku dengan jumlah laba. Sesudah taksiran pajak ini dihitung, akan dicatat dengan jurnal yang mendebit rekening pajak penghasilan dan dikreditkan ke rekening utang pajak penghasilan.
b. Taksiran Utang Hadiah yang Beredar
Kadang-kadang ditawarkan hadiah atas pembelian barang-barang tertentu. Hadiah-hadiah ini merupakan biaya untuk periode di mana penjualan barang-barang tersebut terjadi. Apabila hadiah-hadiah itu habis waktunya pada akhir periode maka tidak perlu dibuat jurnal penyesuaian. Tetapi apabila jangka waktu pengambilan hadiah melampaui suatu periode akuntansi, maka pada akhir tahun dibuat jurnal penyesuaian yang mendebit rekening biaya hadiah penjualan dan mengkredit rekening utang hadiah yang beredar. Jumlah utang hadiah yang beredar ini dihitung dengan cara taksiran dari jumlah penjualan.
c. Taksiran Utang Garansi
Jika barang – barang yang dijual disertai dengan garansi untuk perbaikkan – perbaikkan maka pada akhir periode dihitung taksiran jumlah biaya yang akan terjadi sebagai akibat garansi tersebut. Taksiran biaya itu didebitkan ke rekening biaya garansi dan dikreditkan ke rekening taksiran utang garansi.
C. UTANG – UTANG BERSYARAT
Utang – utang bersyarat merupakan utang – utang yang sampai pada tanggal neraca masih belum pasti apakah akan menjadi kewajiban atau tidak. Utang – utang semacam ini timbul akibat kegiatan dimasa yang lalu. Untuk menentukan apakah suatu utang itu merupakan utang bersyarat atau taksiran utang, dasarnya adalah kepastian timbulnya kewajiban. Jika kewajiban membayar itu pasti timbul, walaupun jumlahnya belum pasti maka utang jenis ini merupakan taksiran utang. Tetapi jika kewajiban membayar itu masih belum pasti, mungkin jumlahnya sudah pasti atau mungkin juga belum pasti, maka utang-utang seperti ini merupakan utang-utang bersyarat. Jadi sesungguhnya perbedaan yang ada dianatara taksiran utang dengan utang bersyarat adalah kepastiaan timbilnya kewajiban membayar dan bukannya mengenai kepastian jumlahnya.
Utang bersyarat dalam neraca bisa ditunjukkan dengan catatan kaki atau dilaporkan dengan judul tersendiri, tetapi tidak ikut dijumlahkan dengan utang-utang yang lain.



Contoh utang uang jaminan
2. Sebuah perusahaan menyewakan sebagian ruang kantornya secara kontrak. Sewa per tahun Rp.6000.000 dan lama kontrak 3 tahun. Sewa beserta uang jaminan sebesar 1 tahun sewa dibayar kontrak. Uang jaminan dikembalikan kepada penyewa pada akhir masa kontrak, kalau pada akhir masa kontrak dijumpai kerusakan pada ruang kantor, taksiran biaya perbaikan atas kerusakan tersebut akan dikurangkan dari uang jaminan.

Jawab : jurnal transaksi tersebut adalah sebagai berikut :
Kas 24.000.000
Pendapatan sewa diterima di muka 18.000.000
Uang jaminan 6.000.000

Pada akhir masa kontrak penyewa setuju untuk dibebani Rp.2000.000 untuk membayar biaya perbaikan yang diambil dari uag jaminan. Bagi yang menyewakan, uang jaminan yang Rp.2000.000 tersebut berubah sifatnya. Dari utang menjadi pendapatan yang diperoleh perusahaan tersebut dinamakan penghasilan denda.

Jawab : jurnal transaksi tersebut adalah sebagai berikut ;
Uang jaminan 24.000.000
Kas 22.000.000
Pendapatan denda 2.000.000

 Uang muka penjualan, uang muka penjulan adalah uang yang dibayarkan oleh pembeli kepada perusahaan untuk menjamin agar pembeli memenuhi kewajibannya

Contoh uang muka penjualan
3. Misalnya, sebuah perusahaan konveksi menerima pesanan jas 50 pasang untuk karyawan sebuah hotel dengan harga Rp.350.000 per pasang. Jas tersebut dibuat sesuai dengan ukuran masinh-masing karyawan. Perusahaan tersebut meminta uang muka Rp.10.500.000, yaitu 60% dari harga pesanan. Sisanya Rp.7000.000, harus dibayarkan pada waktu jas tekah diselesaikan
Jawab : jurnal untuk penerimaan uang muka dan penyerahan pesanan masing-masing adalah

Kas 10.500.000
Uang muka penjualan 10.500.000
Kas 7000.0000
Uang muka penjualan 10.500.000
Penjualan 17.500.000

Contoh punggutan pihak ketiga
4. Pada tanggal 28 februari seorang usahawan membayar gaji para karyawannya sejumlah Rp. Dengan rincian sebagai berikut

Gaji Rp.4.250.750
Potongan
PPh pasal 21 Rp.583.613
Iuaran organisasi karyawan 10.000
Iuran koperasi karyawan 5.000
Cicilan utang Rp.250.000
Dibayarkan 848.613
Rp. 3.402.137

Jurnal transaksi tersebut adalah

Gaji 4.250.000
Piutang karyawan 250.000
Utang pphpasal 21 583.613
Utang potongan org.karyawan 10.000
Utang potongan kop.karyawan 5000
Kas 3.402.137

3 komentar:

Unknown mengatakan...

bgmn jika utang.jangka pendek.trsbut tdk dpat di lunasi dalam jangka waktu.1 tahun?

Unknown mengatakan...

TOLONG KASIH TAU BISS CARA Y

c. Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi bonus dan PPh :
B = 0,10 (Rp1.000.000,00 – B – P)
P = 0,15 (Rp1.000.000,00 – B)
P dalam persamaan pertama diganti dengan persamaan kedua, maka B dapat dihitung sebagai berikut :
B = 0,10 [Rp1.000.000,00 – B – 0,15 (Rp1.000.000,00 – B)
B = 0,10 (Rp1.000.000,00 – B – Rp150.000,00 + 0,15 B)
B = Rp100.000,00 – 0,1 B – Rp15.000,00 + 0,15 B)
B + 0,10 B – 0,015 B = Rp85.000,00
1,0985 B = Rp85.000,00
B = Rp77.378,00
PPh dihitung dengan mengganti B dari persamaan kedua sebagai berikut :
P = 0,15 (Rp1.000.000,00 – Rp77.378,00)
P = 0,15 (Rp922.622,00)
P = Rp138.393,00

Adi M Yusuf mengatakan...

terimakasih info nya , ijin copas ...
www.akuntansiind.blogspot.com

Posting Komentar